INDOPOLITIKA.COM – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tangsel berkomitmen merawat kemajemukan dan kerukunanan sesama di daerah tersebut. Caranya, dengan terus melakukan sosialisasi lintas sektoral.
Hal ini mengemuka dalam acara sosialisasi lintas sektoral bertema ‘”Melalui Sosialisasi FKUB, Kita Tingkatkan Kebersamaan dan Kerukunan Sesama Anak Bangsa”, yang berlangsung di salah satu resto bilangan BSD, Serpong Kota Tangsel, kemarin.
Acara itu dihadiri 80 orang dari ASN, TNI, Polri, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan pemuka agama se-Kota Tangsel. Nampak hadir dalam acara tersebut Danramil Pondok Aren Mayor Arm. Sidik Abrianta, Danramil Ciputat Mayor Inf. Tarsan, Danramil Pamulang Mayor CBH Sutisna diwakili Sertu Arman Simangunsong. Sementara dari unsur Polri, Kapolsek Ciputat Kompol Agung.
Asda Satu Kota Tangsel, Dadang Raharja menyampaikan keberadaan FKUB sangat strategis dalam memelihara kerukunan. Bahwa kemampuan meminimalisir konflik haruslah menjadi salah satu kompetensi personil pengurus harian FKUB.
“Perlu sinergi intensif antara pengurus harian FKUB dengan pemerintah dan dengan berbagai unsur masyarakat. Dan sejauh ini kami melihat FKUB sudah memberikan kontribusinya cukup baik,” ucap Dadang.
Baginya, banyak cara dalam memelihara kerukunan umat beragama semisal dengan mempertemukan berbagai unsur masyarakat seperti acara tersebut.
“FKUB memang harus kreatif menciptakan ruang yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial secara alami satu sama lainnya,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Kemenag Tangsel KH. Dedi Mahfudin, memaparkan soal keberadaan FKUB dalam ruang publik dan dalam dunia maya. Menurutnya telah berperan dengan optimal.
“Saya anggap sudah menjawab tekad Ketua FKUB, membawa FKUB terus terdengar, terus terlihat dan terus terasa keberadaannya. Secara intens saya monitor berbagai informasi yang ada dalam group whatsapp komunitas tertentu. Informasi yang disampaikan FKUB konsisten dengan tupoksinya,” ucapnya.
Ketua FKUB Tangsel Fachruddin Zuhri mengatakan pengalaman empat tahun terakhir selaku ketua menjadi modal yang sangat berharga. Bagaimana di lapangan mampu membaca dan berupaya meminimalisir potensi konflik.
“Kian disadari bahwa betapa pentingnya membangun komunikasi dari hati ke hati secara apa adanya dan adaptif,” tutupnya. [Red]